“Sebentar lagi aku mati,” katanya dengan serius.
“Darimana kau tahu?”
“Kakiku mulai mati rasa.”
Aku terdiam sejenak, tidak tahu harus menanggapi seperti apa. Kupikir dia sudah tidak waras.
“Kau ingat si Baron?”
“Temanmu yang di selatan?” tanyaku.
“Ya. Dia mati tiga hari yang lalu. Tidak ada yang tersisa di selatan, semuanya mati.”
Lagi-lagi aku tidak tahu harus menanggapi seperti apa. Yang jelas, aku sangat terkejut. Kalau yang ...