“Biar kau tahu perihnya dunia memperlakukanmu. Biar kau tahu mengapa aku bisa menjadi seperti ini.”
Brukk. Maryam jatuh terkalang tanah diteras rumah. Pukul sembilan malam. Suasana pedesaan langsung menampar kaki-kakinya yang telanjang. Dingin.
“Jangan pulang malam ini, Maryam. Atau adikmu sekalian kujual di lepau-lepau pelabuhan!”
Maryam mencoba berdiri lagi. Pukulan itu telak mengenai dahinya, pandangannya kabur sesaat. Samar ia melihat se...