GHINA masih curhat panjang lebar di sampingku, sementara aku hanya bisa menjadi pendengar budiman tanpa bisa memberinya solusi. Buku catatanku ketinggalan di rumah, walhasil aku harus nyatat ulang pagi ini.
Kulihat sesekali Ghina mengusap pelupuk matanya dengan ujung jilbab. Aku benar-benar tidak tahan melihatnya. Untunglah paragraf terakhir dapat kuselesaikan dengan cepat. Aku menutup buku dan penaku, lalu memasukkannya ke dalam ransel.
"Ya udahla...