Sudah setengah jam lamanya aku menunggu Dimas datang menjemput, tetapi batang hidungnya belum juga muncul hingga senja menjelang. Rasa kesal membuatku menendang kerikil di peron yang kupijak hingga terpental jauh masuk ke rel kereta yang kosong.
Ekor mataku berkeliling tak tentu arah. Memperhatikan setiap orang yang lalu-lalang. Di seberang sana, ada seorang pria berwajah aneh yang duduk di sebuah bangku panjang berwarna cokelat. Duduknya terlihat...