Aku berjalan memasuki gedung itu. Seseorang mempersilahkanku menuliskan nama di buku daftar tamu. Nastar Nanas. Tulisku, tak peduli pada bingung yang menguasai separuh wajah penjaga itu. Pandanganku segera tertuju kepada pelaminan indah nan mewah, meski sejujurnya, lebih tertuju pada sepasang manusia di tengahnya yang tersenyum bahagia. Barangkali mereka merasa serupa nirwana.
Para undangan yang menyantap hidangan dengan senang hati, beberapa me...