Cinta Platonic
Hanya tinggal beberapa senti lagi. Tiba-tiba ia menjauhkan bibirnya dariku.
Kudengar napasnya yang terengah, seperti mencoba menahan sesuatu agar tak bergejolak keluar dari dadanya. Dilepaskan cengkramannya dari kerah kemejaku, lalu dengan kecepatan mengagumkan ia kembali bersikap tenang. Seakan tak terjadi apapun sebelumnya.
“Maaf mas, khilaf,” katanya sembari tertawa. Tapi disela tawa yang dipaksakan itu ia berulangkali mengus...