"Salam dari Jogja," katanya. "Kenapa kemarin kau tak ada di tepi-tepi jalan atau seluk-beluk pasar yang ramai?"
"Kurasa aku ada di sana," orang itu berujar. "Tapi bukan di tepi jalan atau dalam pasar. Aku di sana."
"Ha?"
"Aku di sana," dia menunjuk satu arah. "Aku di jalan setapak."
"Untuk apa? Bukankah itu membosankan?"
"Merangkai kenangan," ujarnya riang. "Kau ingat? Kepingan-kepingan itu? Kursi-kursi di trotoar dan pertokoan di kanan-kiri jalan. Ah...