Dua cangkir kopi dengan aroma nusantara kutenggak hingga tandas tak tersisa, bayang-bayang embun yang masih perawan bergelayutan manja dibuah-buah kopi berwarna merah merona. Tangan-tangan pribumi yang sabar, memetiknya dengan ikhlas. Seolah bayi yang tertidur dengan pulas dalam angon, diayunkannya perlahan, takut dia terbangun. Kopi itu bagaikan bayi mereka meletakkannya dalam keranjang dengan penuh kehati-hatian dengan penuh kasih sayang. Meski...