Hari itu malam mencekam. Wahyudi berdiri menengok di antara barisan tembakau yang tingginya mencapai dada orang dewasa.
Srek... srek...
Daun ditampar orang yang lalu lalang.
Kretek!
Tanah diinjak-injak sandal-sandal kotor.
Langit berapi-api perlahan ditelan kegelapan. Tapi riuh manusia gemuruh membahana.
Dingin merasuki tengkuk Wahyudi. Hingga getaran napas di samping telinga merindingkan bulu kuduk.
"Kamu udah cari di sana?" tanya sesosok kasat mata y...