Intimasi Imitasi

Oleh: Kiiro Banana

Layaknya pertunjukan dabus, Tia menari di atas matras yang membara. Peluh meluncur bagai lahar, demikian ia mencapai puncak, meledak seperti Gunung Manua Loa, tetapi tak satupun dari letupan erupsi itu yang mampu meluluhkan kebekuan jiwanya.

Tia menyukai setiap kedipan dari asing di pojokan bar, juga obrolan singkat bersama penjaga perpustakaan. Lahap menelan semua afeksi mereka seperti orang tidak makan sebulan. Perhatian demi perhatian, hadiah d...

Baca selengkapnya →