Bunyi teko mendidih terdengar. Suara orang membolak-balikkan koran, buku, juga majalah ikut berbaur. Tidak ada yang berbicara di kedai kopi dan teh milik Enggar –perjaka tua yang memilih hidup sendiri bersama kedai warisan orangtuanya. Pengunjung kedai itu kebanyakan orang-orang lama. Enggar sendiri cukup mengenal banyak dari mereka yang kebanyakan laki-laki. Termasuk Andri yang sudah duduk hampir dua jam di kursi tepat di depan barista.
“Mau ...