Ariono tersenyum sembari menyodorkan sebuah undangan ke hadapanku. Aku pun terbelalak. Memang, sih, kabar itu sudah santer. Namun … Ariono dan Desi … rasanya terlalu spektakuler.
“Bisa datang, kan?” Ariono kembali tersenyum.
Aku tidak langsung menjawabnya. Toh, aku yakin ia sudah tahu jawabanku.
Ah, Ariono memang sudah banyak berubah. Dulu, ia hanya murid cupu yang selalu minder dan cenderung menarik diri. Kondisi ekonomi yang membuatnya sep...