Lucy duduk di tepi jalan dengan tatapan kosong. Dia merenungkan nasibnya yang tak kunjung membaik. Adiknya, Lucky, kelaparan dan kehausan. Lucy merasa sedih melihat adiknya seperti itu. Dia mengambil gitarnya dan mulai menelusuri jalanan di ibu kota, dari lampu merah, halte, sampai ke stasiun, demi mencari recehan untuk bertahan hidup. Baginya hidup apa adanya yang penting halal ia selalu bahagia, daripada mewah tapi tidak halal.
Dia pun sadar den...