Diena merasa sesak. Dia tinggal di sebuah negeri antah-berantah, negeri dongeng yang konon makmur, gemah ripah loh jinawi. Negeri yang jika kau lempar biji segala buah akan tumbuh. Negeri yang konon hijau, tenteram dan damai.
Namun, hari itu jiwa Diena bergemuruh. Tidak ada ketenteraman di hatinya, hanya sesak. Hari itu, negeri antah-berantahnya, negeri Entah, telah memilih presidennya, pemimpin negeri. Yang membuat Diena sesak adalah hasil pemili...