Kosdan membuka percakapan pertamanya penuh ragu dan kaku. Ia belum bisa mengerti kenapa di hadapan Tarmi kalimat pembuka yang telah ia susun dan hafalkan dengan susah payah itu runtuh. Mulut Kosdan hanya mampu mengucapkan 'hai, apa kabar?', setelah itu ia seperti berubah menjadi patung.
"Kenapa cuma diam, Bang?" Kata Tarmi mencoba mencairkan suasana setelah ia menunggu belasan menit pertanyaan selanjutnya dari Kosdan.
Kosdan tetap dalam diam. Ia me...