Rohaya dan Secangkir Sidikalang

Oleh: Foggy F F

Gemericik air hujan lungsur, membasahi helai demi helai daun yang bergoyang di hampar kebun belakang. Sederet pohon kembar delapan –setinggi dua meter– berdiri kokoh menantang hembusan hawa dingin. Wangi sangrai biji kopi menguar hingga ke kamarku, yang hanya disekat tirai kerang dari Pangandaran. 

Aku terbangun, desir liurku naik hingga kerongkongan. Haus.

Nini duduk bersila, kain batiknya tersingkap, mengumbar betisnya yang bergelembur. Nini...

Baca selengkapnya →