Dia meletakkan secangkir kopi di hadapanku. “Untukmu,” katanya. “Jangan khawatir, tanpa sianida."
Aku menatapnya. Mengingat perseteruan kami selama bertahun-tahun memang sepatutnya aku menaruh curiga. Dia sangat membenciku. Sama seperti aku membencinya.
Perseturuan kami bermula sejak berebut peringkat pertama di sekolah dasar. Lalu, makin meruncing ketika papaku menikah dengan mamanya. Tak ada yang salah. Papaku dan mamanya sama-sama berstatu...