1918. Pada sebuah pertempuran di laut tak bernama, seorang tentara terombang-ambing setelah kapalnya tiada. Susah payah ia meraih puing-puing dan bertahan pada sebuah papan yang cukup besar. Ia menatap langit yang dipenuhi asap mesiu. Seluruh tubuhnya terasa nyeri. Darah mengalir. Ia tahu luka-lukanya tak mengijinkannya untuk bertahan. Maka dengan perasaan putus asa yang temaram, ia menyobek bajunya, membalik sisi dalam, lalu menulis sebuah pesan...