Arya Vati

Oleh: Silvia

Gadis pucat itu melintas lagi. Saban pagi dan ini hari ketujuh aku melihatnya melenggang anggun. Perempuan hantu dengan kecantikan tak manusiawi. Cukup jangkung, mungkin sedikit di bawah seratus tujuh puluh centimeter, kulitnya transparan, dan langkah kakinya melayang, melewati toko roti kami dengan tak acuh. Meski pagi ini terjadi hal yang tidak biasa.

Tidak biasanya si gadis menoleh ke arah kiri, mengamati plang toko roti Tamar Indri, lalu melir...

Baca selengkapnya →