Selepas maghrib aku duduk di ruang tamu yang lengang dengan setoples kue mentega di hadapanku. Mulutku sibuk melahap wafer Tango sementara mataku memandangi kue mentega yang tertumpuk tanpa selera dalam toples kaca itu. Sembari mengunyah, aku memikirkan bagaimana rasanya menjadi kue mentega yang ditumpuk dalam toples kaca tertutup tanpa ada yang berniat menghabiskannya segera. Mungkin seperti menunggu sakratul maut.
Pemikiran itu berganti dengan c...