"Kiara, bangun. Ayo jalan-jalan," suara itu menggema lagi dalam mimpiku yang berulang-ulang seperti dejavu. Aku membuka mata, samar-samar melihat siluet seorang wanita yang begitu kukenal, meski rona wajahnya kabur diterpa cahaya pagi. Tangannya yang halus menggenggam pergelangan tanganku, mengajakku berdiri.
"Ibu?" tanyaku, hampir seperti bisikan. Tapi aku tahu itu dia. Tidak ada suara lain yang bisa mengguncang hatiku seperti ini.
"Iya, Nak. Suda...