Satu … Dua … Tiga … Empat kali.
“Cuma nggoreng sebutir telur dan kamu nyuci tangan sampai empat kali?”
Gadis yang kupanggil “Ra” itu menoleh lalu nyengir. Segaris gummy smile membingkai bibirnya. “Hihi … Refleks!”
“Cuci sekali lagi, biar aku kasih gelas cantik,” balasku.
Ra lalu berjalan membelakangi wastafel sambil mengeringkan jari tangan dengan sehelai tisu. Kuperhatikan gadis itu mondar-mandir sembari melihat tusuk konde...