"Aku enggak akan pernah percaya dengan namanya cinta, enggak akan pernah."
"Kau dengar itu!"
Laki-laki dengan pakaian putihnya yang lusuh, hanya mendengarkan tenang ucapan perempuan tinggi di depannya ini. Ia tahu enggak ada gunanya membalas omongan tiada henti yang selalu keluar dari mulut perempuan yang sudah dikuasai amarah. Tanpa diduga, akhirnya perempuan ini diam juga, mungkin ia sudah capek.
"Lalu, apa yang kamu percaya, sedangkan cinta saja ...