Senja baru saja turun saat Nara kembali ke halte tua di depan taman kota. Tempat itu tak berubah sedikit pun sejak terakhir kali ia ke sana—dua tahun lalu. Bangku kayu yang mulai lapuk, papan jadwal bus yang berkarat, dan semak liar yang tumbuh seenaknya. Tapi Nara datang bukan untuk bus. Ia datang untuk janji yang dulu tak pernah ditepati.
Dua tahun lalu, pada hari yang sama, ia dan Alar berjanji bertemu di halte itu setelah lulus kuliah. “Ka...