Kamar 213 sudah lama kosong.
Setidaknya itu yang diberitahukan oleh Pak Raji, penjaga penginapan tua di pinggiran kota Malang, saat Niko check-in untuk urusan kerja. Penginapan itu berlantai dua, bergaya kolonial, dengan dinding kayu yang sudah lapuk di beberapa sudut dan koridor panjang berbau kapur barus. Terlihat sepi, tapi entah kenapa, Niko justru menyukainya.
Ia menempati kamar 215, dua pintu dari kamar kosong itu.
Malam pertamanya berjalan bi...