Jeda Yang Tak Pernah Usai

Oleh: lidia afrianti

“Tunggu aku lima menit lagi,” katanya sore itu, dengan napas sedikit terburu-buru dan senyuman yang tak pernah gagal membuatku percaya.

Lima menit.

Hanya lima menit.

Tapi seperti semua lima menit sebelumnya, ia tak pernah kembali tepat waktu.

Aku menatap jam tangan untuk yang kesekian kalinya. Jarum pendek tetap pada angka empat, sementara jarum panjang bergerak seolah menari dengan lambat, mengejek sabarku.

Kenapa aku masih di sini?

Kenapa aku sel...

Baca selengkapnya →