Selepas menghadiri acara walimatus safar tetangga, Abah pulang dengan langkah tertekan. Derapnya lesu, bak penuh beban di pundak. Tak ada suara yang mengiringi. Mulutnya bahkan mengunci diri dari setiap sapa yang menghampiri.
Abah kembali ke rumah dengan wajah sendu. Ia lalu duduk di kursi rotan yang mulai reot, menatap lurus ke pohon mangga yang belum juga berbuah.
Kubawakan secangkir teh untuk menemaninya, dan menjadi jembatan percakapan. Tak mud...