Aku datang ke pasar sebelum matahari menggeliat. Jalanan licin, basah oleh embun dan sisa darah semalam. Di gerbang, penjaga memeriksa lubang mataku. Dua. Masih utuh.
“Baru pertama kali ya?” katanya. “Pilih bijak. Satu mata, satu barang.”
Aku mengangguk.
Pasar sudah ramai. Orang-orang berjalan pelan dengan mata tertutup kain, sebagian hanya memiliki satu. Ada yang buta total tapi kantong bajunya gemuk oleh gemerincing bola mata yang sudah di...