Ibu kota, senjanya selalu datang seperti konspirasi, menebarkan warna jingga pada kaca-kaca gedung tempat nasib orang-orang penting diputuskan di antara kepulan asap cerutu dan dering telepon yang tak akan pernah sampai ke telinga publik.
Di negeri ini—yang menurut para kartograf mabuk, lekuknya serupa tubuh perempuan—para lelaki sibuk mengolah lahan. Mereka bukan menanam padi, tapi menanam janji pada rapat-rapat terbatas. Menyiramnya dengan s...