Hari Ketika Aku Mati Sebentar

Oleh: lidia afrianti

Aku terbangun di sebuah ruang yang asing. Lampunya remang, kursi-kursi plastik berderet seperti ruang tunggu bandara atau rumah sakit. Namun, tak ada papan informasi, tak ada suara pengumuman, bahkan tak ada jam yang berdetak.

Semuanya… hening.

Semuanya… menunggu.

Aku mengedarkan pandangan. Di sekelilingku, orang-orang duduk dengan wajah pucat dan mata kosong. Sebagian memeluk lutut, sebagian memejamkan mata seolah ingin tidur, tetapi aku t...

Baca selengkapnya →