Jumat malam, gue tiba di stasiun dengan langkah yang biasa tenang, tapi cepat. Tas kecil disampirkan di punggung, isinya seadanya: dompet, charger, buku bacaan, dan sisa lelah dari lima hari kerja. Tak ada koper besar, karena di rumah masih banyak baju yang menggantung rapi, belum disentuh sejak terakhir pulang.
Di gerbong yang dingin, gue duduk dekat jendela, memandangi malam yang berlarian ke belakang. Jalanan, rumah-rumah kecil, lampu merah y...