Kedai ini selalu lengang saat sore, ketika cahaya matahari menyusup dari jendela besar di sisi barat dan menari di atas meja-meja kayu tua. Di jam itu pula, tepat pukul tiga, ia datang. Selalu sendiri. Selalu duduk di meja yang sama: pojok dekat jendela, kursi nomor tujuh.
Lelaki itu berpakaian biasa, tak mencolok. Rambutnya kelabu, sorot matanya teduh seperti kabut pagi. Tak banyak bicara.
Pesanannya pun selalu sama.
"Satu kopi hitam. Tak usah di...