Acak-acak. Acak-acak. Kesal. Kuacak-acak rambut saggy-ku. Kuacak-acak lembaran-lembaran kertas di meja. Kesal.
Kupelototi jam meja. “Ah. Serius. Udah setengah satu aja.“ Kuteliti lembaran Word di layar komputer. Belum ada kemajuan dari satu setengah halaman sejak setengah dua belas tadi.
“Ini apa?“ maju wajahku menempel layar, bolak-balik ku-scroll halaman itu.
“Angkat wajannya… awas panas… ah, ulet keket, minggir sini biar—ini bukan...