Ini adalah surat terakhirku.
Aku ingat ketika duduk di kursi belakang mobil. Ayah mengemudi, Pak Hendra—polisi yang selama ini melindungi usaha Ayah—duduk di sampingnya. Adikku di sebelahku, tangannya gemetar. Kami tahu semuanya akan berakhir malam itu.
Ayah menurunkanku di rumah tua milik nenek yang sudah lama kosong. "Tunggu di sini. Jangan ke mana-mana," katanya. Aku menelepon Ibu dengan suara tercekat: usaha Ayah sudah terendus. Kami menung...