Namaku perempuan.
Aku lahir dari rahim yang penuh doa dan air mata.
Sejak pertama kali menangis, dunia sudah menulis peranku tanpa bertanya apa aku mau.
Katanya, aku harus lembut. Harus cantik. Harus sabar.
Katanya lagi, perempuan yang terlalu keras bicara akan ditinggalkan, dan yang terlalu berani akan dipatahkan.
Aku tumbuh sambil belajar menyembunyikan api di dalam dada.
Ketika marah, aku menunduk.
Ketika takut, aku tersenyum.
Ketika hancur, aku diam ...