Manna dan Salwa

Oleh: Hans Wysiwyg

“Kita putus.”

Suara itu seperti benda jatuh pelan, tapi cukup untuk membuat udara di antara mereka tiba-tiba berhenti.

Ini sudah kesekian kalinya Salwa memintanya. Seolah-olah dejavu yang tak bisa lagi ditolak.

“Boleh,” jawab Manna akhirnya mengalah mencoba berjudi pada hatinya, sambil menatap ke dalam matanya. “Tapi harus ada alasannya.”

Salwa terdiam. Tangannya menggenggam ujung jaket, matanya berkaca.

“Tidak ada alasan. Cuma mau putus...

Baca selengkapnya →