Menjual Jiwa

Oleh: Keita Puspa

Dari pojok sudah kuamati apa yang telah Ningrum lakukan. Anak ini cukup berbakat untuk pembunuhan pertamanya. Sayang sekali, dia tidak akan bisa hidup lama.

“Bagus, Ningrum!” pujiku dengan bertepuk tangan.

Mata Ningrum kembali normal. Kemudian dia berlutut di hadapanku. “Terima kasih, Tuan. Berkat Anda, hamba bisa membalaskan dendam hamba.”

Aku tertawa keras-keras. 

“Apa hamba juga perlu membereskan ustadz itu?”

Kulirik ustadz yang telah ...

Baca selengkapnya →