Aku memulai percakapan itu lagi, percakapan yang tak pernah terjadi.
“Kalau aku tidak cukup, kamu bisa bilang.”
Kamu tersenyum, lembut, hampir meyakinkan.
“Kamu cukup,” katamu. “Aku yang tidak bisa.”
Begitulah selalu cara otakku bekerja membuatmu jadi seseorang yang lebih baik dari kenyataan.
Asal jangan mengatakan hal yang sebenarnya, yang aku takut dengar:
Bahwa kamu memang ingin pergi sejak lama.
Bahwa aku bukan alasanmu bertahan.
Percaka...