Di kepalaku, kita akhirnya bertengkar.
“Apa kamu tidak merasa bersalah?” aku berteriak.
“Aku sakit karena kamu!”
Kamu membalas, kali ini dengan suara keras sesuatu yang tidak pernah terjadi di dunia nyata.
“Aku juga sakit!” bentakmu.
Untuk sesaat, aku merasa lega.
Karena dalam imajinasi, rasa sakitku punya tempat untuk menabrak sesuatu.
Di realitas?
Yang ada hanya dingin. Diam.
Kamu pergi tanpa sekalipun menoleh, tanpa memberi ruang bagiku unt...