"Nggak. Pokoknya Slamet.”
“Rinjani.”
“COREY!”
“HELEN!”
Mereka berdiri di ruang tamu rumah Helena, masing-masing udah kayak presenter debat capres versi murah: tangan nyilang, tatapan sengit, tapi jaraknya cuma sejengkal.
Helen narik napas panjang. “Denger, ya. Kita butuh gunung yang manageable. Slamet itu 3.000-an meter, jalur jelas, bisa berangkat weekend. Ngertiiii?”
Corey geleng keras. “Ngerti. Tapi Rinjani itu … RINJANI. Sekal...