Air bah memang telah surut, tetapi Desa Tapen tidak benar-benar kembali. Yang tertinggal bukan sekadar lumpur atau puing—melainkan keheningan yang menua, yang menempel di kulit yang tak bisa digosok pergi. Desa itu tampak seperti tubuh yang terjepit di antara hidup dan mati: belum dikuburkan, tetapi tanda-tanda vital kehidupan telah lenyap.
Rangka rumah berdiri miring seperti tulang yang sudah pasrah digerogoti pengapuran. Bau lumpur bercampur a...