Bapak dalam ingatan kepalaku adalah sosok gemoy yang tengah malam duduk membaca komik Shinchan di meja makan, ditemani rokok lintingan karena tidak bisa beli Sampoerna Kretek kesukaannya dan segelas kopi hitam yang disesapnya sedikit demi sedikit, agar tidak lesap buru-buru.
“Hoi,” sapanya dari balik kacamata yang tangkainya sudah dilem berkali-kali, setiap kali aku bangun tengah malam, terburu-buru ingin ke kamar mandi.
Tak jarang, aku terbang...