Laptop menyala. Kamera menyala. Dan empat wajah yang sama—atau tepatnya, empat versi dirinya yang sering berdebat di dalam kepala—menduduki kotak-kotak Zoom seperti peserta rapat yang menunggu host membuka acara.
Ia menghela napas panjang.
Hari itu, hidupnya terasa seperti file bernama “draft_final_fix_revisi_terakhir_beneran.docx” yang entah kenapa masih kacau.
“Baik,” katanya pada dirinya sendiri, “rapat internal kita mulai.”
Divisi...