Dia. Hanya dia yang pantas jadi jodohku.
Dia selalu jadi buah bibir para tetanggaku yang baik. Dia anak emas seorang konglomerat. Anehnya, mereka selalu menganggapnya gadis tunasusila. Setiap dia berjalan di depannya, wanita-wanita buncit itu bak cacing kepanasan. Menatap cemburu, bagai macan yang siap menerkam. Bicaranya begitu santun, sampai harus membentak-bentak. Seolah-olah dia tikus kecil tak berotak.I dont wanna judge, suka benci itu hak me...