0 (Nol) Mutlak

Sancka Stella
Chapter #5

Jangan Dulu Mati

Bonita melihat satu tablet Aspirin dan sebotol air kelapa di meja kecil samping tempat tidurnya. Ia baru saja bangun, sejak sepuluh jam tertidur karena alkohol. Lucas baru saja pergi dan sepertinya meninggalkan sebuah catatan untuk Bonita tepat di sebelah botol air kelapa. “Diminum. Dari Navi.”Begitu tulisannya.

Bonita merasa kepalanya pening. Sebentar, ia mengurut kepalanya dan turun ke bahunya. Matanya melirik jam dinding. Memang sudah pukul sembilan pagi, waktu yang menurut dirinya sudah siang. Aku melihat wanita itu menelan aspirin dan meneguk air putih. Sebotol air kelapa ia masukkan kedalam tas besar yang ia gunakan khusus untuk menyimpan camilan.

       Ada ketukan di pintu dan sejurus kemudian, Navi masuk dengan mendorong satu buah troli berisi set kateter. “Bonnie, sudah bangun?”

“Suster Navi,”Bonnie menjawab centil. “Thank youuuu for the aspirin and things,” lanjutnya. Navi mengangguk. “Syukurlah Mbak Bonita terlihat lebih baik,” ujar Navi. “Mbak sudah lama mengkonsumsi alkohol?”

“Pereda penat aja sih,” Bonita menjawab sekadarnya. “Tadi pas bangun, malah tambah penat enggak?”

“Bentar lagi juga hilang Suster,” balas Bonita.

“Mbak, saya punya leaflet. Boleh mba baca-baca, ya, kalau senggang,” Navi menyerahkan sebuah kertas HVS yang dilipat menjadi tiga bagian. Full color dan sangat menarik. Bonita menerimanya dan membaca judulnya : “Efek Alkohol terhadap Fungsi Hati.”Bonita menghela nafas panjang. Bibirnya manyun barang satu senti.

“Itu juga kalau Mbak Bonita mau membaca. Kalau tidak mau membaca, tidak apa-apa.”

Bonita menyelipkan leaflet itu di dalam hand bag-nya.

“Nanti aku baca yaa,” Bonita merapikan rambutnya sehingga lebih beraturan, kemudian berusaha berdiri. “Pamit yaa Suster Navi, mmmuuuuaaah!”, Bonita menunjukkan gerakan mencium ke udara.“Oh, siapa yang menjaga Amih selanjutnya?”, tanya Navi.

“Si Malin Kundang,” jawab Bonita singkat. “Jaga jarak ya suster sama dia, nanti ketularan gak tahu diri, oke?”, Bonnie tersenyum lebar, membawa tas-tasnya, lalu pergi. Tanpa berpamitan dengan Amih.

Navi heran sendiri. ‘Keluarga macam apa ini?’, mungkin pikirnya begitu. Akupun berpikir hal yang sama. Bagaimana untuk mempertemukan pikiran mereka semua jika mereka saja tidak saling bertemu?

Navi kembali fokus melakukan rencananya kali ini untuk mengganti kateter Amih. Yang ku tahu, kateter memang harus diganti setelah beberapa hari untuk menurunkan resiko penyakit infeksi saluran kemih yang mungkin dialami oleh pasien.

Navi menutup tirai, lalu menyiapkan peralatan yang dibawanya serta memakai sarung tangan bersih untuk melepas kateter yang lama.

Ketika itu, pintu dibuka dengan tergesa.

“Bonnie?”, suara yang kukenal memanggil seseorang yang sudah pergi sedari tadi.

“Mas Lio?”Navi menyahut.

“Oh, hai, Suster Navi. Bonita dimana ya?”, Lio mengintip sedikit dari balik tirai.

“Mbak Bonita baru saja pergi, Mas,” Ia jelas tidak bisa menjelaskan alasan mengapa wanita itu pergi lekas-lekas.

“Suster lagi..apa?”

“Lagi pasang kateter Amih, Mas. Sudah waktunya diganti.”

“Oh, baik. Saya.. tunggu diluar ya,”Lio menyahut.

‘Menunggu? Menunggu untuk apa?’, batin Navi.

Kira-kira lima belas menit waktu yang dibutuhkan oleh Navi untuk melakukan pemasangan kateter Amih. Terakhir, Navi kembali mengecek letak kateter dan melakukan fiksasi dengan plester untuk mencegah pergeseran.

Navi membuka tirai itu dan mendapati Lio tersenyum kepadanya. “Halo, Suster Navi. Sudah selesai?”

Navi mengangguk. “Aman ya mas, tidak ada perdarahan, urine mengalir lancar ke urine bag. Nanti dicek saja sekali-kali jika urine-nya sudah penuh bisa panggil saya untuk menghitung dan membuangnya ya.”

“Biar saya saja,” Lio mengacungkan jempol, tanda semua akan aman terkendali.

“Saya ijin untuk melatih gerakan ROM pasif pada Amih ya, mas?”

“Oh, latihan ROM?”

Navi mengangguk. “Kita melatih Amih dengan menggerakkan tangan dan kakinya untuk merangsang otot dan sendi Amih dan meningkatkan fleksibilitas. Harapannya agar bisa kembali bergerak dan melakukan aktivitas dengan baik, Mas.”

“Oh itu perlu dilatih?”

Lihat selengkapnya