''Bangkit Dari Reruntuhan : Kisah Amara"

Julpiyana
Chapter #3

Kekecewaan : Di Pindah kan Lagi Dari Panti Anugrah

Di Panti Asuhan Anugrah, Amara perlahan mulai menerima keadaan yang dihadapinya. Trauma yang dulu begitu menghantui, kini sedikit demi sedikit berhasil diatasi. Sudah hampir lima tahun Amara tinggal di panti tersebut. Selama itu, ia mulai mampu membuka diri, bermain bersama teman-teman, dan merasakan kasih sayang yang tulus dari mereka. Walaupun sesekali terjadi kesalahpahaman atau konflik kecil, Amara sudah belajar untuk menanganinya dengan baik. Kebersamaan di panti membuatnya merasa diterima dan tidak lagi terasing, meski ada masa-masa sulit yang harus ia lalui.

Saat Amara naik ke kelas dua di sekolah menengah atas, tiba-tiba kakaknya datang lagi mengunjunginya. Kakak perempuannya, yang bernama Mery, sudah berkeluarga dan memiliki seorang anak yang masih berusia tiga tahun. Kedatangan Mery memberi harapan baru bagi Amara, meskipun ada perasaan campur aduk yang meliputi hati gadis itu. Mery membawa kabar yang mengejutkan, menawarkan Amara untuk tinggal bersama keluarga suaminya. Kakaknya meyakinkan Amara bahwa kerabat suaminya bersedia membiayai pendidikan Amara hingga ke jenjang perguruan tinggi.

Meskipun begitu, dalam hatinya Amara masih ragu. Ia belum sepenuhnya yakin apakah tawaran itu adalah pilihan terbaik untuknya. Namun, situasi tak memberikan banyak ruang bagi keraguannya. Seminggu setelah kedatangan Mery, tiba-tiba Amara sudah dibuatkan surat pindah sekolah tanpa persetujuannya. Tanpa ada pilihan lain, mau tidak mau Amara harus mengikuti ajakan kakaknya, meskipun hatinya masih penuh dengan tanda tanya.

Akhirnya, hari yang berat itu tiba. Amara harus meninggalkan Panti Asuhan Anugrah, tempat di mana ia telah menghabiskan bertahun-tahun hidupnya, juga harus meninggalkan sekolahnya. Tidak hanya itu, ia bahkan harus pindah dari satu kabupaten ke kabupaten lain. Hari itu, di benak Amara, tercatat sebagai hari penuh kesedihan. Ia harus berpisah dengan teman-teman yang sudah menjadi seperti keluarganya di panti, juga teman-teman sekolah yang telah menemani perjalanannya meraih prestasi. Padahal, Amara adalah salah satu murid berprestasi di sekolah lamanya, sebuah kenyataan yang membuat perpisahan ini semakin sulit diterima.

Perjalanan pindah ini ditemani oleh kakak iparnya, Jerry, yang merupakan suami kakaknya, Mery. Mereka berangkat menuju rumah kerabat suaminya, di mana Amara akan tinggal sementara. Sesampainya di sana, Amara diperkenalkan kepada seorang wanita paruh baya yang dipanggil Tante Eni. Wanita itu tampak ramah dengan senyuman yang hangat, memberikan kesan bahwa ia akan memperlakukan Amara dengan baik. Tante Eni, yang usianya sekitar lima puluh tahun ke atas, menyambut Amara dengan sikap yang lembut dan penuh perhatian.

Di tengah percakapan, Tante Eni memberitahu Amara bahwa ia akan melanjutkan sekolah di sekolah swasta yang bernama Sekolah Pelita Menyala. Amara merasa gugup, tetapi juga bersemangat dengan gagasan bersekolah di tempat baru. Namun, ia menyadari bahwa adaptasi ini tidak akan mudah. Ia harus menyesuaikan diri dengan teman-teman baru, dengan lingkungan baru, dan juga dengan sistem pembelajaran yang tentu saja berbeda dari sekolah lamanya.

Lihat selengkapnya