1'

Maulida Ajeng Priyatnomo
Chapter #3

Kamu mau?

Panggung setinggi dua meter berdiri. Dilengkapi drum, gitar bass, gitar melodi, piano, dan mic. Anggota osis membantu persiapan panggung lebih megah. Berdiri deretan tenda di sebelah kanan dan kiri, tengah sebagai jalan dan tempat penonton.

Tenda diisi berbagai macam makanan khas daerah di Indonesia, karya setiap eskul di sekolah seperti cosplay tokoh cerita, pemutaran film pendek, ada juga yang memakai seragam keren ekskul. Jangan salah, setiap eskul mempunyai “Idol” masing-masing.

Ujian akhir sudah selesai. Termasuk diriku yang kelas sembilan. Tinggal menunggu nilai keluar. Seperti biasa, setiap sekolah pasti mengadakan class meeting setelah ujian maupun tes. Satu tahun dua kali. Namun, festival kali ini berbeda. Luar biasa, sangat meriah perayaannya. Sekolahku ulang tahun ke satu abad. Jadi, sekalian saja class meeting dan perayaan ulang tahun sekolah.

Aku dan Ruki berdiri di lapangan. Berkumpul, melakukan upacara setiap hari Senin seperti biasa. Balon warna-warni diterbangkan, pita cantik telah digunting, yang mengartikan festival untuk satu abad sekolah dimulai. Tepuk tangan riuh menggema di lapangan.

Bagaimana ceritaku dengan Reihan setelah pertandingan?

Aku tidak akan mengatakan menang atau kalah. Kalau kalian teliti membacanya, aku yakin pasti tahu apakah aku menang atau tidak. Setelah kejadian itu, Reihan memenuhi janjinya. Dia membelikanku es kelapa muda, langsung minum di penjualnya saat mangkal di dekat gedung olahraga.

Uniknya, di antara kami, tidak ada minta-meminta nomor telepon yang bisa dihubungi. Kami berpisah seusai pertandingan. Kembali ke sekolah masing-masing. Toh, aku sudah berterima kasih padanya. Hutangku lunas.

Namun, akan ada kejutan di hari ini.

*****

Aku dan Ruki berjalan cepat ke deretan tenda yang menjual berbagai makanan daerah. Bukan main, banyak sekali! Indonesia sangat kaya akan makanan daerah. Aku dan Ruki saling tarik. Aku ingin ke tenda sana, Ruki ingin ke tenda sini. Kalian bayangkan sajalah, orang berjalan mabuk sempoyongan sehabis muntah di dalam bus.

Setiap tenda menghidangkan makanan tradisional setiap pulau. Tenda dengan tujuh pulau yang berbeda. Mulai Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara bergabung dengan Bali. Aku pusing mau memilih yang mana. Sulawesi menarik, Papua juga. Bali apalagi, eh Jawa juga berbagai macam menu. Kalimantan menggiurkan, astaga bahkan Presiden sampai pernah makan di salah satu kedai makanan di sana.

“Damay, ayo ke tenda Pulau Maluku!” Ruki menarik tanganku.

“Heh, Pulau Papua dulu! Sungguh, nama makanannya menggoda!”

“Enak saja! Pulau Maluku yang kaya rempah pasti kaya akan rasa, ayolah!”

Aku mendengus. “Pulau Papua itu jauh dari kita, lebih menarik makananya. Lihat itu!”

Aku dan Ruki memperhatikan nama makanan dari Papua. Saling tatap. Kalian pasti terkejut tahu nama makanan itu.

“Eh, Damay, mungkin aku salah lihat. Kacamataku tertinggal di tas,” Ruki mengucek matanya. Takut salah lihat.

Aku melangkah mendekat ke tenda khusus kuliner Pulau Papua. Menatap dengan teliti nama makanan yang membuat kami penasaran. Ruki ikut di sampingku. Haha, ternyata tidak hanya kami yang penasaran. Anak-anak yang lain juga mendekat.

“Selamat datang di kuliner Pulau Papua, apa yang ingin kalian pesan?” Salah satu anggota osis menjamu kami. Dua koki di belakang sibuk persiapan untuk memasak.

“Eh? Ini benarkah nama kulinernya?” Anak berambut panjang tergerai bertanya. Kuduga dia kelas tujuh.

“Betul sekali. Apakah kamu mau memesan?” Dia menawarkan.

“Sebentar, apakah dengan memakan kuliner ini, eh, seumur hidupku sial diselingkuhi?” Anak lelaki jangkung mengangkat tangan bertanya. Semua anak menatapnya. Aku menahan tawa.

Dia tertawa pelan. “Tidak. Tergantung kalian, kalau memang mau memelihara sifat seperti itu, ya tak taulah,”

“Lalu, mengapa namanya aneh?” Anak berambut panjang bertanya lagi.

Dia berdeham. “Kalian tidak salah lihat. Nama salah satu kuliner dari Papua memang udang selingkuh. Bukan karena udangnya suka selingkuh, kalau kalian makan ini akan terkutuk diselingkuhi. Lihat! Capit udang selingkuh itu mirip sekali dengan capit kepiting bukan? Nah, capitnya yang selingkuh bukan udangnya!”

Lihat selengkapnya