Seusai acara resmi kelulusan, kelas sembilan berkumpul di lapangan.
“Kira-kira, ada acara apa, ya, May?” Ruki berbisik padaku. Aku mengangkat bahu. Melamunkan sesuatu. Hari kemarin.
“Astaga, kamu bucin banget,” Ruki menatap sinis.
“A-apa?” sial, ketahuan.
“Aku sudah mengenalmu sejak sering ngompol di kelas Damay. Kamu melamun mikirin Reihan, kan?” Ruki mengangkat satu alisnya. Senyum menggoda.
“T-tidak!” Aku berseru. Teman sekelas barisan depan menoleh ke belakang menatapku, kode jangan berisik. Aku nyengir.
“Sudahlah Damay, kamu tidak bisa berbohong, tidak ahli,” Ruki berbisik, cekikikan.
“PERHATIAN!” Suara ketua Osis lewat toa terdengar. Dia berdiri di podium tinggi. Sebelah kiri berbarislah anggota osis. Sebelah kanan kakak senior pramuka.
“SELAMAT ATAS KELULUSAN KALIAN!” suara ketua osis berkumandang lagi. Tepuk tangan dari depan diikuti angkatan kami kelas sembilan.
“Pasti kalian bingung kenapa disuruh kumpul di lapangan, kan?” tanya ketua osis.
“YA!” jawab kami kompak.
Ketua osis merentangkan tangan. Aku mengangkat satu alis. Mau senam masal ini?
“Musik!” Ketua osis menjentikkan tangan. Hah? Betulan senam masal?
Musik berdendang. Ha? Lagu K-Pop? Serius ini? Barisan anggota osis dan kakak senior maju ke depan. Ketua osis juga. Kalian pasti tahu gaduhnya kelas sembilan saat ini. Apalagi, kelompok cewek maniak korea. Mereka berteriak histeris mendengar lagu hits Korea itu. Aku dan Ruki saling tatap, nyengir. Jujur, kami tidak terlalu paham.
Astaga! Anggota osis dan kakak senior melakukan gerakan dance sesuai lagu K-Pop. Kupingku sampai berbunyi ‘nging’ mendengar teriakan histeris. Kelompok cewek ikut menari dan menyanyi. Aku dan Ruki ikut-ikutan mengangkat tangan ke atas. Para cowok? Mereka justru semangat sekali, berteriak “Oi, oi, oi, oi, oi, oi!”
Musik berhenti. Tepuk tangan lebih riuh menggema. Cewek-cewek tetap menjerit histeris. Anggota osis dan kakak senior berbalik, lalu kembali membawa puluhan ember ke lapangan. Entah apa yang akan mereka lakukan.