1 Jejak Rasa

Putri Rafi
Chapter #4

Tes Buta Warna

Fira sudah tiba di bandara Sepinggan, Balikpapan. Usai check-in ditemani ayah, ia menyusul ibu dan Fani ke sebuah kafe.

“Kak Fira...” panggil Fani dan berlari mendatangi kakaknya seraya memeluk. Ada rasa sedih dihati Fani karena kurang dari satu jam mereka akan berpisah.

“Ayah, ibu... kami jalan-jalan sebentar ya” ujar Fira.

“Iya, jangan jauh-jauh! Paling lama 15 menit.” Jawab ayahnya.

Fira melihat arloji, menyahut ayah “Oke!”

Fira menggandeng Fani, mengajak ke sebuah tempat dengan berlari-lari kecil lalu menaiki tangga dan tiba di waving gallery atau biasa yang disebut anjungan pengantar.

“Wow...” Fani terperangah melihat pesawat yang berjajar rapi. Terlihat sebuah pesawat yang mendarat , tak lama ada juga pesawat yang lepas landas.

Sejenak, Fani dan Fira bermain kejar-kejaran. Ketika Fani sudah tertangkap, mereka berhenti dengan nafas tersengal-sengal dan tertawa.

“Hm... sepertinya, itu pesawat yang akan bawa kakak terbang ke Malang” Fira menunjuk pesawat yang berjalan pelan dan mulai berhenti di apron (tempat parkir pesawat terbang).

“Kak, kita bakal pisah lama ya? kakak sekolah tentang pesawat kan?” Tanya Fani yang berdiri sambil melingkarkan tangannya di pinggang Fira.

“Iya, kakak belajar tentang pesawat. Siapa tahu nanti kakak bisa terbangkan pesawat atau perbaiki pesawat-pesawat yang rusak, jadi orang-orang yang naik pesawatnya bisa aman dan selamat sampai tujuan”.

“Hm...” gumam Fani.

“Kakak juga sedih kita pisah, tapi nanti Fani bisa jalan-jalan ke Malang datangi kakak. Sekarang kan Fani sudah kelas 6, ciiieeeeee... sebentar lagi lulus SD! Belajar yang baik, nanti sekolah di SMP kakak saja ya.”

Fani menjawab dengan anggukan senyum. Fira memeluk Fani dengan erat dan mengecup kedua pipinya.

“Ayo dek, kita turun! Tadi pesan ayah cuma 15 menit...”. Fira kembali menggandeng tangan Fani.

Peppi dan Guntur melihat kedatangan kedua anaknya, mereka lekas berdiri juga.

“Fira, sebentar lagi kamu boarding (naik pesawat)” Ucap Guntur, ayah Fira.

Ibunya memasangkan tas ransel ke punggung Fira “Ibu sudah masukkan camilan-camilan dan air putih ke tas kamu. Nanti pakde Baskoro yang jemput dan kalian langsung ke SMK Penerbangan. Hati-hati ya anakku, belajar yang tekun dan jaga diri baik-baik”. Mereka berpelukan, Fira mencium tangan ibu dan ibu mencium kening Fira.

Fira memeluk ayahnya “salat lima waktu jangan putus ya kak, baik-baik di sana”. Ayah mencium kening sambil mendoakan anaknya.

“Iya ayah” jawab Fira. Ia mencium tangan ayah.

“Kakak...” Fani memeluk Fira.

“Fani... sudah ya, enggak usah tangis-tangisan. Fani sudah besar, kakak sayang banget sama Fani. Sampai jumpa lagi ya dek.” Fira melepaskan pelukan.

“Ayah, Ibu, Adik... kakak jalan dulu ya. DADAAAAAHHHHH....” Fira masuk menuju ruang tunggu”.

Dari waving gallery , Guntur, Peppi dan Fani melihat pesawat yang ditumpangi Fira terbang lepas landas.

**

Amer bingung dengan perubahan sikap adiknya, Miko. Padahal sudah jadi siswa SMA 111, tapi dari kemarin suka kurung diri dikamar.

“Eh, ayo keluar! Jangan dikamar terus, sekarang waktunya makan siang.” Amer masuk ke kamar Miko dan melihat adiknya yang memegang novel Herri Potret keluaran terbaru.

“Sebentar lagi bang! Tanggung, ini lagi seru banget...”

Amer tahu kalau ada sesuatu dengan adiknya ini. Ada raut sedih dan kecewa.

“Miko, kamu sedih? Tapi abang bingung, kalau sedih karena apa? Kan sudah lulus tes masuk SMA 111. Bisa sama-sama Fira lagi kan?” Tanya Amer lembut dengan pertanyaan akhir yang spontan.

Wajah Miko memerah dan matanya mulai berair. “Hm, Fira sekolah di Malang bang. Jam 7 pagi tadi sudah berangkat”. Ucap Miko menahan tangis.

“Loh! Berarti tadi pagi, kamu bersepeda ke rumah dia?”

“Iya” jawab Miko.

Lihat selengkapnya