Usai salat subuh, Fira sudah menyiapkan beberapa keperluannya untuk kos. Pakaian-pakaiannya dimasukkan kembali ke dalam koper dan tas. Ia melihat kantong besar berisi pakaian kotor dan membawa ke tempat pencucian pakaian. Fira mengisi baskom dengan air, menumpahkan pakaian ke dalamnya dan ....
“Fir, pakai mesin cuci saja ya! Bajunya lumayan banyak kok dikucek,” Bude Anik datang menghampiri dan langsung memindahkan pakaian Fira ke dalam mesin cuci.
Fira tersenyum dan mengangguk.
“Kalau sudah selesai, kita ke pasar ya Fir. Jalan kaki saja, dekat kok. Sekalian mampir makan bubur merah kesukaanmu waktu masih kecil,” lanjut Bude.
Dahi Fira berkerut,“Hah! Memangnya masih ada?”
“Ya masih ... tapi, yang jualan sekarang anaknya. Mboknya sudah tua dan masih hidup.”
“Wuih keren. Kalau kata anak muda jaman sekarang, legend,” mulut Fira sedikit monyong dalam pengucapannya.
“Hahaha ...,” Bude Anik tertawa. “Ya sudah selesaikan cucian mu dulu!”
“Oke Bude.”
Sembari mesin cuci masih berputar, Fira ke kamar untuk melihat ponsel dan mengambil novel yang belum selesai dibaca. Ia membuka ponsel dan tidak ada pesan dari siapa pun. Akhirnya Fira menaruh ponsel kembali dan hanya membawa novel. Ia duduk tak jauh dari mesin cuci. Kalau duduk dikamar, suara mesin cucinya enggak kedengaran.
Fira mulai hanyut dalam kisah novelnya.
“Siapa yang mencuci baju?” Lili berteriak dan tak ada yang menghiraukan.
Lili mendekat ke mesin cuci dan menengok isi dalamnya, “Ck, Fira ini pakaianmu?”
Suara Lili yang beradu dengan mesin cuci membuat Fira tak bergerak. Ia masih fokus dengan novel.
“Fira. Fira ...,” teriak Lili.
Fira terkejut, mendatangi Lili, “Iya. Ada apa, Mbak?”
“Kamu kalau cuci baju pakai mesin bilang-bilang dulu, boleh apa enggak? Kenapa enggak kucek pakai tangan saja?” ucap Lili sambil marah-marah.
Dengan suara parau Fira menjelaskan,“Tadi aku mau cuci pakai tangan Mbak, tapi kata Bude enggak usah. Cucianku dipindah ke dalam mesin cuci.”
Bude Anik datang, “Apa sih Li kok marah-marah ke Fira?”
“Aku mau cuci baju buk. Tapi ada bajunya Fira di sini ...,” Lili menunjuk ke mesin cuci.
“Ya biar saja! biar cepat selesai, wong bajunya banyak. Kalau kamu mau cuci, bangunnya mesti lebih pagi dari Fira,” jawab Bude Anik.